Kamis, 29 Oktober 2015

Kisah Dibalik Indahnya Bulan Purnama



Umat hindu di Bali identik dengan persembahyangan baik kepada sekala lan niskala sebagai tanda perwujudan syukur atas segala keagungannya. Begitu pula yang kami lakukan sebagai umat yang beragama bersyukur atas apa yang telah dilimpahkan, di sekretariat Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Yowana Brahma Vidya Universitas Pendidikan Ganesha inilah kami ngayah membuat banten serangkaian hari purnama sasih kapat yang jatuh pada Selasa, 27 Oktober 2015. 

Sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan berbasis keagamaan, pembuatan banten ini merupakan salah satu program kerja yang rutin dilaksanakan oleh seluruh pengurus yang memiliki niat ngayah menjelang peringatan hari suci Hindu. Matahari mulai bersinar dikala pagi resapan embun mulai menghilang diiringi senyumnya sang mentari, persiapan majejaitan dan ngulat tipat pun dihiasi canda tawa dan penuh suka cita. Senja yang berganti malam pun tak mengurungkan keinginan ngayah kami untuk melanjutkan tahap selanjutnya yakni metanding canang, ajengan, dan segehan
Tetap saja canda tawa kebersamaan cerita kisah yang tak terputus terus mengiringi pembuatan banten purnama sasih kapat ini. Malam semakin larut suasana hening mulai tercipta dari sekeliling sekretariat kami yang tercinta, namun hawa kebahagiaan masih terpancar dari kegiatan ngayah kami membuat banten, hingga jam di dinding telah menunjukkan pukul 11.27 malam sebagai penanda bahwa pembuatan banten ini telah kami akhiri tanpa ada yang kurang.
Seperti biasanya, pada saat purnama tiba kami melakukan persembahyangan disekitar areal kampus tengah dan kampus bawah Undiksha. Sinar rembulan yang sangat indah pun senantiasa menemani langkah kami.

Salam TIM PERS KMHD YBV Undiksha.

Selasa, 27 Oktober 2015

Wonderful Journey



Rabu, 14 Oktober 2015 merupakan salah satu hari yang berkesan bagi kami. Pasalnya, pada hari ini kami melakukan perjalanan bersama  (bisa dikatakan tirta yatra sederhana). Kali ini, KMHD YBV Undiksha melaksanakan tirta yatra dengan rute Pura Pulaki, Pura Jaya Prana, Pura Rambut Siwi, dan Pura Bunut Bolong. Tujuan utama kami adalah Pura Rambut Siwi karena kebetulan pada hari tersebut merupakan hari piodalan di Pura Rambut Siwi. 
Pukul 07.00 Wita kami berkumpul di sekretariat KMHD YBV Undiksha. Tak lama kemudian, perjalanan kami dimulai. Pulaki merupakan awal bagi kami menumbuhkan semangat spiritual. Pura Pulaki terletak di Desa Banyupoh Kecamatan Gerokgak, Buleleng, sekitar 53 kilometer di sebelah barat kota Singaraja. Namun jika ingin bersembahyang secara beramai-ramai, umat bisa datang saat digelar rangkaian piodalan yang dimulai pada Purnama Sasih Kapat. Pura Pulaki berdiri di atas tebing berbatu yang langsung menghadap ke laut. Di latar belakangnya terbentang bukit terjal yang berbatu yang hanya sekali-sekali saja tampak hijau saat musim hujan. Pura ini tampak berwibawa, teguh dan agung, justru karena berdiri di tempat yang teramat sulit. Apalagi pemandangan yang ditampilkan begitu menawan. Jika berdiri di dalam pura lalu memandang ke depan, bukan hanya laut yang bakal tampak namun juga segugus bukit kecil di sebelah baratnya yang berbentuk tanjung.
            Kami melanjutkan dengan menuju ke Pura Jaya Prana atau dikenal dengan Pura Teluk Terima. Pura ini dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan mobil/motor dari kota Singaraja. Setelah sampai di lokasi, kita harus berjalan kaki menaiki tangga sekitar satu km untuk mencapai areal Pura Jaya Prana tersebut. Jika baru pertama kali kesana, akan terasa cukup melelahkan. Namun pada kali ini, kami hanya melakukan persembahyangan di pelinggih yang terletak di pinggir jalan. Pura ini terkenal dengan mitosnya yang begitu menakutkan dikalangan remaja khususnya yang berkaitan erat dengan kejadian cinta tak direstui antara Layon Sari dan Jaya Prana.
Akhirnya, setelah 3 jam perjalan dari Singaraja, kami tiba di Pura Rambut Siwi dengan rasa lelah. Namun, hal tersebut terobati dengan pemandangan laut yang begitu indah. Masyarakat Hindu berkumpul untuk melakukan persembahyangan. Pura rambut Siwi merupakan pura untuk memuja Tuhan sebagai dewanya pertanian. Di bagian tenggara Pura Rambut Siwi terdapat Pura Segara. Pura ini ada juga yang menyebutnya Pura Taman. Bersebelahan dengan Pura Segara itu terdapat Pura Goa Dalam dan Pura Penataran. Dalam acara persembahyangan apalagi kalau ada pujawali atau piodalan, ketiga pura itu sangat nampak keterkaitannya. Pujawali diadakan setiap enam bulan wuku yaitu pada hari Buda Umanis Prangbakat. Umumnya kalau kita bersembahyang ke Pura Rambut Siwi ini pasti juga dilakukan persembahyangan di Pura Segara, Pura Goa Dalam dan Pura Penataran. Di sebelah barat daya kita jumpai Pura Rambut Siwi yang berdiri megah. Memperhatikan susunan letak tiga pura tersebut nampak pura tersebut sangat tua umurnya. Karena sebelum Mpu Kuturan mengajarkan pembangunan Kahyangan Tiga di setiap desa pakraman di Bali sudah ada empat jenis pura di setiap kerajaan di Bali yaitu Pura Segara, Pura Goa Dalam, Pura Penataran dan Pura Puncak. Pura Rambut Siwi ini tergolong Pura Puncak-nya karena letaknya di puncak atau di dataran tinggi kalau dilihat dari Pura Segara dan Penataran. Hal ini melambangkan pemujaan Tuhan menjiwai Bhur Loka, Bhuwah Loka dan Swah Loka. Tiga pura tersebut melukiskan bahwa Tuhan itu ada di mana-mana, di alam bawah, tengah maupun di alam atas.
Sebelum melakukan persembahyangan di utama mandala, kami terlebih dahulu melakukan persembahyangan di Pura Segara, Pura Goa Dalam dan Pura Penataran. Ketiga pura tersebut Mengelilingi pura puncak, yaitu Pura Rambut Siwi. Begitu panasnya kami rasakan ketika melakukan persembahyangan, namun kami percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan untuk mencapai kesabaran yang sempurna. Setelah 1 jam berlalu, akhirnya kami melakukan tujuan utama, yaitu melakukan persembahyangan di Pura Puncak. Begitu senangnya kami rasakan ketika tiba disana. Melihat umat Hindu yang ramai melakukan persembahyangan dengan tanpa lelah, kami berpikir bahwa begitu indahnya Bali ini yang memiliki beribu pura dengan umat yang setia melakukan yadnya.
Tahukah kamu, mengapa pura tersebut dikenal dengan nama Pura Rambut Siwi? Dalam mitologi Hindu, menurut Mpu Bhaskara Murti dari Geria Madu Sudana di kota Negara, saat Mpu Dang Hyang Nirartha ke Bali salah satu pura yang beliau kunjungi adalah Pura Rambut Siwi. Saat beliau memasuki pura, penjaga pura mengharuskan agar Mpu Dang Hyang Nirartha sembahyang di pura tersebut. Kalau tidak, beliau akan diterkam oleh harimau. Karena diharuskan, menyembahlah beliau di pura tersebut. Ternyata pura tersebut menjadi hancur berantakan. Karena demikian, penjaga pura akhirnya mohon maaf kepada Mpu Dang Hyang Nirartha. Di samping itu penjaga pura mohon agar pura itu dikembalikan pada keadaan semula. Atas kewisesaan Mpu Dang Hyang Nirartha, pura itu pun kembali utuh seperti sediakala. Mpu Dang Hyang Nirartha mengambil sehelai rambut beliau diletakkan di pura tersebut untuk dijadikan sarana pemujaan di pura tersebut. Sejak itulah pura tersebut bernama Pura Rambut Siwi.
Kami melanjutkan perjalanan ke Pura Bunut Bolong yang terletak di kabupaten Jembrana. Setelah selesai melakukan persembahyangan, kami pun melanjutkan perjalanan ke Singaraja. Akhirnya, kami sampai di Singaraja pada pukul 19.00 Wita. Jika di hitung, perjalanan yang kami lakukan pada hari itu kurang lebih selama 12 jam.
Inilah perjalanan singkat yang penuh makna dari kami. Sinar mentari bak menyulutkan api suci yang akan menuntun kami untuk melangkah. Air yang mengalir dari tubuh kami seakan tiada berarti.
Semoga, kegiatan yang kami laksanakan ini dapat mendekatkan kami kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan mempererat tali persaudaraan diantara pengurus dan anggota KMHD YBV Undiksha.









“Satyam Evam Jayate “


Daftar Pustaka
Gobyah, Ketut. 2013. Pura Rambut Siwi. Dalam http://www.babadbali.com/pura /plan/rambut-siwi.htm. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2015.

~Tim Pers KMHD YBV Undiksha

Minggu, 27 September 2015

Widya Sabha KMHD YBV UNDIKSHA 2015 Wadah Perkenalan dan Pembangun Keharmonisan Antara Anggota dalam Kehidupan Beragama



Tahun ini KMHD YBV UNDIKSHA kembali mengadakan Widya Sabha yang dilaksanakan pada Jumat, 11 September 2015. Adapun panitia yang mengadakan adalah anggota dari KMHD itu sendiri dengan peserta dari mahasiswa baru UNDIKSHA tahun 2015. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan organisasi serta pengurus KMHD YBV UNDIKSHA, selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan Bhagavadgita. Serangkaian acara ini diawali dengan mengumpulkan anggota baru di kampus tengah UNDIKSHA yang kemudian diarahkan ke Parahyangan untuk mejaya-jaya. Acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan, pengenalan pengurus sekaligus pengenalan Program Kerja (proker), dan dilanjutkan dengan dharma wacana oleh Rasa Acharya Prabhudraja Dharmayasa. Penutupan acara pun ditandai dengan pemukulan gong.
Adapun kesan dan pesan dari para undangan, panitia maupun mahasiswa baru terkait cara Widya Sabha 2015.

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
“Komitmen dan tanggung jawab yang telah diberikan baik dari pihak panitia dan peserta yang mengikuti Widya Sabha cukup memuaskan. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti adanya tempat duduk peserta yang kurang kondusif sehingga terlihat kurang memperhatikan. Kemudian, koordinasi antara panitia dan narasumber juga harus lebih ditingkatkan agar tujuan dari diselenggarakannya Widya Sabha ini dapat berjalan lancar sesuai rencana. Secara keseluruhan acara telah terselenggarakan dengan baik, saya juga berlajar banyak dari adik-adik dan saya sangat mendukung KMHD sebagai panitia pelaksana acara ini.” Imbuh Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. ketika diwawancarai oleh panitia.






Luh Putu Utami Krisna Yanti 
First Runner-Up Putri FBS
“Kesan saya untuk acara ini, acaranya cukup menyenangkan. Narasumbernya juga berpengalaman, saya menerima banyak pelajaran baru yang berharga. Pesan saya untuk acara ini, semoga nanti ke depannya lebih diperhatikan lagi mengenai sound system terkait kejelasan suara narasumber agar penyampaian materi bisa lebih maksimal di mana pun mahasiswa baru duduk, dan memperhatikan pengaturan waktunya agar bisa lebih efisien. Semoga kedepannya KMHD melakukan acara Widya Sabha ini lebih baik lagi, semangat untuk kakak – kakak panitia!” Ujar Luh Putu Utami selaku peserta Widya Sabha tahun ini.




Selain kesan dan pesan yang diberikan oleh undangan, dan peserta, panitiapun turut memberikan kesan dan pesannya terhadap keberlangsungan acara Widya Sabha ini.
Panitia Widya Sabha
Ni Made Puspa Dewi
“Acara Widya Sabha ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa Hindu di UNDIKSHA, khususnya yang menjadi anggota baru di KMHD YBV UNDIKSHA. Acara ini bisa dijadikan ajang pendalaman ajaran Agama Hindu sekaligus menarik minat anggota baru untuk mengikuti setiap kegiatan kehinduan di UNDIKSHA. Saya berharap semoga acara Widya Sabha selanjutnya bisa terlaksana lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi konsep acara dan sebagainya.” Ungkap Ni Made Puspa Dewi selaku panitia acara.







Segala sesuatu yang telah direncanakan pastilah tak luput dari kesalahan, hendaknya kita sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang tentunya tidak sempurna bisa belajar dari setiap kesalahan yang telah terjadi agar kedepannya tidak akan terulang kembali. Begitupun keberlangsungan acara Widya Sabha kali ini, semoga dengan adanya saran – saran dari berbagai pihak terkait pelaksanaan acara ini dapat menjadi evaluasi bagi pihak panitia selaku penyelenggara acara agar kedepannya, acara Widya Sabha ini dapat berlangsung dengan lebih baik. (dni&ets)



Oleh:



Putu Cendhani Sari Suartana
Ida Ayu Etsa Pracintya





Kamis, 27 Agustus 2015

Bhagawad Gita, Filsafat Hidup Umat Hindu



Bagi mahasiswa baru, masa-masa menegangkan Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) Universitas Pendidikan Ganesha telah usai. Masa-masa Orientasi Kehidupan Fakultas (OKF) serta Orientasi Kehidupan Jurusan (OKJ) pun telah berlalu. Kini saatnya mereka yang beragama hindu  untuk mengikuti Widya Sabha yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Yowana Brahma Vidya Universitas Pendidikan Ganesha  pada Jumat, 11 September 2015 mendatang.

 Segala persiapan telah dilakukan. Salah satunya adalah pendistribusian Bhagavad Gita yang bertempat di wantilan parahyangan kampus tengah Undiksha. Kegiatan ini diselenggarakan mulai dari Senin hingga Kamis sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Adapun jadwal pendistribusian Bhagawad Gita adalah sebagai berikut: 
1. Senin, 24 Agustus 2015 pengambilan Bhagavad Gita oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).
2. Selasa, 25 Agustus 2015 pengambilan Bhagavad Gita dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
3. Rabu, 26 Agustus 2015 pengambilan Bhagavad Gita dilakukan oleh Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
4. Kamis, 27 Agustus 2015 pengambilan Bhagavad Gita dilakukan oleh Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS).



Bhagavad Gita merupakan sebuah kitab “Duta Divine love” yang berisikan pesan-pesan kasih dan kemanusiaan yang bersifat sangat universal, ajaran-ajaran spiritual yang sangat mendalam (darmayasa).
Bhagavad Gita hadir menuntun kita untuk mengasihi seluruh ciptaan Tuhan dan menghargai keagungan Tuhan serta menginspirasi insan beragama kapanpun dan dimanapun, serta mengenai hal apapun. 


Tim Pers KMHD YBV Undiksha