Perselisihan
hanya akan membawa bencana dan petaka, ya, itu yang memang selalu terjadi,
namun terkadang dalam perselisihan akan membawa kita menuju lembaran baru dari
sisi dan sudut pandang kita menilai, terkadang kita perlu untuk keluar dari
zona nyaman dan menjelajah untuk menemukan zona nyaman lainnya, namun
pertanyaannya maukah kita keluar dari zona nyaman itu?, mampukah kita melihat
masalah dari sudut pandang yang berbeda?
Banyak
orang bijak diluaran sana yang dengan gampangnya memberi petuah namun hanya
segelintir yang mampu merefleksikan apa yang beliau utarakan. Berbicara itu
mudah sama hal dengan menarikan tinta hitam pada pena di atas selembar kertas,
namun bagaimana menjadikan goresan tinta tersebut memiliki makna, arah dan
tujuan itu lah hal yang perlu di pertanyakan.
Manusia
tidaklah sempurna, terkadang penuh amarah, memiliki ke egoisan, adanya ambisi,
terkadang merasa tersakiti, merasa terhianati, bahkan merasa terkucilkan, dua
hal yang dapat menyebabkan hal ini terjadi, perkataan benar yang disalahkan,
serta perkataan yang salah dibenarkan. Bukan lah hal yang mustahil perselisihan
akan timbul.
Banyak
yang mengatakan permasalahan muncul dari diri sendiri dan penyelesaiannya juga
ada pada diri sendiri, berpikir melingkar mengetahui sebab dan akibat, namun
terkadang permasalahan perlu diutarakan, permasalahan perlu di terjemahkan
hingga pihak yang berselisih saling memahami posisi satu sama lain, tak jarang
akhir dari perselisihan adalah perang dingin, main sindir, mendendam dan sikap pengecut lainnya, namun hanya
segelintir orang yang mau berpikir lepas dari zona nyaman dan berani mengakui
kekalahan dan berani mengakui kesalahan.
Siapakah
mereka? Masih adakah mereka? Orang yang tunduk dan taat pada ajaran agamanya
pasti mengerti, orang yang yakin dan percaya dengan Tuhannya pasti memahami,
dimanapun dan kapanpun Tuhan akan selalu membalas perbuatan kita melalui
tangan-tangan suci-Nya. Sejatinya zona nyaman yang kita tempati hanya segelintir
dharma yang kita miliki, kunci memiliki kebenaran dalam diri ialah menerima
diri kita apa adanya, jujur pada diri sendiri serta jujur pada orang lain,
karna dengan mengetahui diri kita sendiri dan jujur pada hati nurani akan
membawa kedamaian dalam diri.
Semua
ajaran itu benar dan akan menjadi benar jika penerapannya yang benar, kasih
sayang pada ajaran dharma yang akan menuntun kita pada yang maha pencipta, hal
ini mengajarkan bahwa mengungkapkan apa yang di pendam hati nurani jauh lebih
baik dari pada menyelipkan senyum pahit dibibir, memahami posisi diri sendiri
dan orang lain serta berhenti bertindak pengecut.
Hunuskan
pedang pada kejahatan yang ada pada diri, kekang amarah dan rantai emosi,
patahkan keangkuhan dalam diri, bertahtalah pada kasih sayang dan jiwa
pemberani, hal ini dapat dimulai dengan menerima jati diri, bukan karna kamu,
dia dan mereka, tapi karna kita ada untuk mendharmakan adharma mulai dari diri
sendiri.
By:
Dhiras Hardyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar